DIAJARKAN disiplin dan mandiri sejak kecil tidak serta merta menumbuhkan rasa percaya diri si kecil. Apalagi di zaman yang serba hustle culture dan persaingan sumber daya manusia (SDM) yang semakin ketat ini, rasanya kecerdasan dan kecakapan tak cukup untuk membuat anak mumpuni bersaing dengan sebayanya.
Dibutuhkan rasa percaya diri juga supaya si kecil tak minder ketika melihat orang lain mencapai sesuatu terlebih dahulu dan yang paling penting anak tidak putus asa ketika gagal meraih sesuatu.
Baca Juga:
Nutrisi Tambahan Bantu Anak Bermasalah Makan Tumbuh Maksimal
Menurut Childmind, sebenarnya membangun rasa percaya diri anak bukan hal yang sulit. Sayangnya masih banyak orangtua yang melakukan kesalahan kecil berdampak besar dalam menerapkan didikan kepada anak. Alhasil, kesalahan kecil tersebut membangun karakter anak secara paten menjadi sosok yang lebih suka mengurung diri dan senang di posisi biasa-biasa saja.
Bahkan, tak jarang anak hingga dewasa cenderung tak mau hidup jauh dari orang tua semata-mata ingin selalu mendapatkan “backingan” karena lagi-lagi, kurang percaya diri. Meski begitu, kamu bisa membangun rasa percaya dirinya dengan cara ini, misalnya:
1. Jadi contoh
Ayah dan bunda siapa di sini yang masih sering menangis atau marah-marah di hadapan si kecil? Meskipun memang mengungkapkan isi hati merupakan proses anak belajar memahami dan mengontrol kondisi emosionalnya, bukan berarti ayah dan bunda boleh sering-sering menunjukkan emosi berlebihan di depan anak.
Sebaliknya, jadilah contoh yang baik dengan selalu stabil saat menghadapi masalah dan cobaan. Tunjukkan kepada anak bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Sesekali menangis atau merasa marah boleh-boleh saja karena kita manusia yang pastinya memiliki perasaan. Tetapi contohkan juga bagaimana cara orang dewasa bisa mengontrol diri dan percaya diri menghadapi berbagai masalah hidup.
2. Biarkan anak berbuat salah
Anak buat salah sedikit langsung hukum. Anak melenceng dari aturan rumah sedikit langsung dibentak. Lama-lama anak akan merasa tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri ketika sudah dewasa loh. Anak seharusnya dibiarkan saja ketika berbuat salah.
Namun, bukan berarti dibebaskan tanpa aturan ya. Ketika anak berbuat salah atau gagal meraih sesuatu sebaiknya orang tua tidak langsung marah melainkan membiarkan anak menerima risiko dan konsekuensi dari perbuatannya sendiri.
Di sini lah trik yang harus orangtua mainkan. Ketika anak berbuat salah dan sudah menerima konsekuensinya, orang tua perlu masuk dan membimbing anak untuk membeberkan secara perlahan mana yang salah dan mana yang benar. Serta tak lupa juga untuk memberitahu anak bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya.
Ketika dewasa kelak, anak tak akan ragu untuk mengambil risiko serta mencari pengalaman baru karena mereka memahami bahwa kesalahan dan kegagalan merupakan pelajaran terbaik menuju sosok yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Baca Juga:
Bahaya, Almond Mom Picu Gangguan Makan pada Anak
3. Mendorong anak mencoba hal baru
Banyak kegiatan bermanfaat dan seru yang bisa dilakukan keluarga terutama untuk menstimulasi saraf sensorik serta motorik si kecil. Ayah bunda bisa mulai daftarkan si kecil untuk ikut sekolah montessori yang notabene memiliki berbagai kegiatan seru dan berbeda setiap harinya.
Tanpa sekolah khusus pun ayah dan bunda juga bisa mengajak anak melakukan banyak kegiatan baru seperti belajar bermain layangan, pergi ke kebun binatang, mencoba melukis, atau sekadar berenang di kolam karet. Banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh si kecil tentunya menambah pengalaman dalam hidupnya, sehingga ia pun menjadi sosok yang percaya diri karena memiliki segudang cerita seru bersama orang tua sejak kecil.
4. Dukung minatnya
Masih banyak orang tua yang gengsi untuk mengakui kesalahannya dalam memaksakan minat pada sang anak. Boleh saja ayah dan bunda berharap si kecil kelak menjadi dokter, pilot, atau pekerjaan bergengsi lainnya. Tetapi terlalu memaksakan kehendak juga dapat membuat anak tak percaya diri karena menganggap pilihannya kalah penting dan berharga.
Ketika anak terlihat lebih berminat pada bidang seni seperti misalnya bermusik, dukung cita-citanya agar anak merasa pilihannya dihargai, sehingga secara tidak langsung ia akan bertanggung jawab terhadap pilihannya ketika sudah dewasa. (mar)
Baca Juga:
Nyeker Bisa Tingkatkan Nafsu Makan Si Kecil