Berita  

Petani Mengamuk! Ratusan Hektare Sawah Terendam, Ancaman Jebol Jalan Perbatasan Gegerkan Pangandaran

Petani mengamuk akibat ratusan hektare sawah terendam banjir. ist

BERITA PANGANDARAN – Situasi nyaris tak terkendali di Desa Maruyungsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Ratusan petani yang geram lantaran sawah mereka terus-menerus terendam banjir, mengamuk dan nyaris menjebol jalan perbatasan antar desa, Kamis 22 Mei 2025.

Amarah para petani memuncak saat mereka berbondong-bondong mendatangi titik perbatasan antara Desa Maruyungsari dan Desa Paledah. Suasana mendadak memanas, teriakan-teriakan penuh emosi menggema, mengiringi desakan agar segera ada solusi konkret.

Beberapa petani bahkan sudah siap dengan alat-alat seadanya, bersiap membongkar jalan perbatasan yang dibangun oleh pihak BBWS. Mereka menilai, jalan tersebut menjadi biang keladi banjir yang tak kunjung surut akibat tak adanya jalur pembuangan air yang memadai.

Baca juga:  Peringatan Dini Cuaca BMKG Hari Ini: Simak Sebaran Konvergensi serta Pengaruh dari Australia

“Kalau dalam tiga hari ini tidak ada tindakan, kami akan bongkar jalan ini sendiri,!” kata salah satu petani setempat Muji Hartono, dengan wajah merah padam di hadapan para wartawan.

Banjir telah membenamkan ratusan hektare lahan persawahan selama dua tahun terakhir. Setiap musim hujan tiba, sawah berubah menjadi lautan air akibat derasnya kiriman air dan tidak adanya saluran pembuangan yang layak.

Ketegangan sempat mencapai puncaknya. Namun, langkah para petani berhasil dihentikan sementara oleh Camat Padaherang bersama aparat TNI dan kepolisian yang berjaga di lokasi. Suasana kembali terkendali, meski bara amarah belum padam.

Plt Camat Padaherang Solihin Fiktoria mengakui krisis ini sudah sangat mendesak. Ia secara langsung meminta perhatian Bupati Pangandaran untuk segera turun tangan menyelesaikan persoalan tersebut.

Baca juga:  Polres Pangandaran Pasang CCTV untuk Pantau Kendaraan saat Libur Natal dan Tahun Baru 2025

“Minimal hari Minggu mendatang sudah ada langkah nyata. Kalau tidak, saya khawatir situasi bisa semakin memanas,” ujar Solihin.

Warga pun mendesak agar kedua kepala desa serta tokoh masyarakat dipanggil untuk duduk bersama mencari solusi, sebelum kemarahan petani benar-benar tak bisa dibendung lagi.