Tekno  

Tanda Kiamat ada di dalam Mana-Mana, 15.000 Ilmuwan Ungkap Jadwalnya

Tanda Kiamat ada dalam pada Mana-Mana, 15.000 Ilmuwan Ungkap Jadwalnya

cekber.com

Jakarta – Para ilmuwan telah mengingatkan kemungkinan inovasi iklim di dalam Bumi yang dimaksud dikhawatirkan sekaligus dapat menjadi bencana global.

Melansir Futurism, lebih besar dari 15 ribu ilmuwan dari 161 negara mengungkapkan bahwa bencana global sanggup terjadi pada akhir abad ini. Menurut para ilmuwan, keberadaan Bumi sedang terancam seiring dengan inovasi iklim yang tersebut semakin cepat.

“Selama beberapa dekade, para ilmuwan secara konsisten mengingatkan masa depan yang dimaksud ditandai dengan kondisi iklim ekstrem dikarenakan meningkatnya suhu global yang digunakan disebabkan oleh aktivitas manusia yang digunakan melegakan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer,” tulis makalah yang digunakan dipublikasikan Bioscience itu, disitir hari terakhir pekan (9/2/2024).

Baca juga:  Waspada! Hujan Lebat Berpotensi Melanda Sejumlah Wilayah hingga 4 Maret Mendatang

Peneliti pascadoktoral Oregon State University (OSU) serta salah satu penulis utama studi, Christopher Wolf, mengungkapkan banyak prospek Bumi di tempat masa depan, termasuk risiko bencana kekurangan makanan lalu air bersih.

Dalam studi tersebut, ada beberapa orang data yang dimaksud mengejutkan. Misalnya pada 2023, berbagai rekor iklim pecah dengan margarin yang tersebut sangat besar.

Salah satu yang mana dirujuk oleh para peneliti adalah terkait musim kebakaran hutan Kanada yang tersebut sangat berpartisipasi tahun ini. Kejadian yang dimaksud menunjukkan titik kritis menuju rezim kebakaran baru.

Salah satu penulis penelitian, profesor kehutanan terkemuka di area OSU, William Ripple, menyebutkan adanya pola yang mana mengkhawatirkan dalam 2023. Sebab, manusia hanya saja berbuat sedikit untuk melakukan perbaikan.

Baca juga:  Kominfo menerbitkan 4.215 formasi untuk CPNS 2024

“Kami juga cuma menemukan sedikit kemajuan yang dapat dilaporkan terkait upaya umat manusia pada memerangi inovasi iklim,” kata Ripple pada pernyataannya.

Namun, dampak besar lingkungan ini tidak cuma kesalahan pada lapangan usaha unsur bakar fosil saja. Selain itu, ada pemerintah yang mana melakukan subsidi pada merekan menjadi salah satu penyulut efek tersebut.

Subsidi yang tersebut dikeluarkan di area Amerika Serikat (AS) tahun 2021-2022 meningkat dua kali lipat, yakni dari US$531 triliun atau sekitar Rp8,37 kuantiliun menjadi lebih tinggi dari US$1 triliun atau sekitar Rp15.775 triliun.

Demi menjaga dari bencana tambahan lanjut, para peneliti menyarankan untuk beralih dari material bakar fosil. Selain itu juga memerangi konsumsi berlebih yang digunakan diadakan oleh orang-orang kaya.

Baca juga:  Panas Mendidih Ancam Wilayah RI, Hal ini Daftarnya Menurut BMKG

Artikel Selanjutnya Tanda Kiamat Semakin Dekat Tampak Jelas di area Daun, Berani Baca?